Bambu Tali (Gigantochloa
apus) dan Bambu Andong (Gigantochloa
pseudoarundinacea): bambu atau kayu lapis.......????
Oleh
Catur Mulyanto (12/330557/KT/07227)
Bambu tali
termasuk dalam genus Gigantochloa yang memiliki rumpun yang rapat. Nama ilmiah
bambu tali adalah Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f.) Kurz. Bambu tali dikenal
juga sebagai bambu apus, awi tali, atau pring tali (Berlian dan Rahayu, 1995).
Bambu tali diduga berasal dari Burma dan kini telah menyebar luas ke seluruh
kepulauan Indonesia. Bambu tali tumbuh dengan baik di daerah tropik di dataran
rendah hingga pegunungan dengan ketinggian sampai 1.000 m dpl. Perkembangbiakan
bambu tali dengan akar rimpangnya dan juga dapat diperbanyak dengan potongan
buluhnya (Berlian dan Rahayu, 1995). Bambu tali dapat mencapai tinggi hingga 20
meter lebih. Warna batang bambu tali adalah hijau sampai kekuning-kuningan.
Batang bambu tali tidak bercabang di bagian bawah. Diameter batang antara 2,5
sampai 15 cm, tebal dinding 3 sampai 15 mm, dan panjang ruas atau buluhnya 45
sampai 65 cm. Pemanfaatan batang bambu tali antara 3 sampai 15 meter. Bentuk
batang bambu tali sangat teratur. Pada bukubukunya tampak adanya penonjolan dan
berwarna agak kuning dengan miang berwarna cokelat kehitaman. Pelepah batang
bambu tali tidak mudah lepas meskipun batang tersebut telah berumur tua. Batang
bambu apus dalam keadaan muda dan masih basah berwarna hijau dan tidak keras.
Jika telah kering warnanya menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak
mudah putus atau patah.
Idris et. al.
(1980) menyatakan bahwa bambu tali memiliki kekuatan lentur 502,3 – 1240,3
kg/cm 2 , modulus elastisitas lentur 57.515 – 121.334 kg/cm 2 , keteguhan tarik
1.231 – 2.859 kg/cm 2 , dan keteguhan tekan 505,3 – 521,3 kg/cm 2 . Sifat fisik
dari bambu tali yaitu rebungnya terasa pahit dan dapat dihilangkan dengan cara
merendam dalam lumpur 3-4 hari setelah dipotong. Kemudian hama penyakit yang menyerang bambu
ini berupa Dinoderus minutus sebagai
hama sedangkang penyakit disebabkan oleh Epichloe
bambusae. Budidaya bambu tali sangat mudah dapat dengan biji, stek rimpang
dan stek batang. Manfaat dari bambu ini antara lain untuk pembuatan perkakas
rumah tangga, atap dinding rumah, anyaman dan alat musik tradisional.
Nama daerah
bambu gombong (Indonesia), pring gombong, pring andong, pring surat (Jawa), awi
andong, awi gombong (Sunda). Penyebaran bambu andong ini berada di daerah
Sumatera, Jawa dan Bali.Tumbuh di dataran rendah mencapai ketinggian 1500 m dpl
dan tumbuh baik di daerah tropis yang lembab. Rebung hijau dengan garis-garis
kuning yang tertutup bulu coklat sampai hitam. Tinggi buluh mencapai 7–30 m dan
lurus. Pelepah buluh tertutup bulu coklat, mudah luruh. Biasanya banyak
digunakan untuk bahan bangunan, pipa air dan alat musik tradisional. Perusahaan
bambu telah menggunakannya sebagai bahan baku sumpit (Widjaja 2001). Bambu
andong dapat diproduksi setelah rumpun berumur lima tahun. Pada umur lima tahun
terdapat 16 batang/rumpun dan setelah itu setiap tahun dapat dipanen 8-12
batang/rumpun/tahun dengan rotasi 2 tahun. Perbanyakan tanaman dapat
menggunakan stek rimpang, stek batang, stek cabang dan biji (Sutarno 1996).Manfaat
dari bambu ini antara lain untuk bahan bangunan, kerajinan tangan, Furniture,
sumpit, tusuk gigi, tusuk sate, kertas, pulp, arang bambu. Selain itu kedua
bambu itu juga sering digunakan dalam hal untuk menjadi papan lamina.
Referensi:
Berlian Nur VA. dan Estu Rahayu.
1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Dr. Hadi Sutarno, Prof. Dr. Sri Setyati
Harjadi. dan Ir. Sutiyono.1996. Paket
Modul Partisipatif : Budidaya Bambu Guna Meningkatkan Produktivitas Lahan.
Seri Pengembangan PROSEA 7.1. Yayasan PROSEA. Bogor
Idris AA, Firmanti A, dan Purwito. 1994.
Penelitian Bambu Untuk Bahan Bangunan.
Makalah Seminar Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Bogor.
Ir. Bambang Priyono, M.Si. 2010. Budidaya Bambu. Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Opak Progo. Yogyakarta.
Puja Hindrawan. 2005. Pengujian Sifat Mekanis Panel Struktural
dari Kombinasi Bambu Tali (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F) Kurz) dan Kayu
Lapis.Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sutarno, H., S.S. Harjadi dan Sutiyono.
1996. Paket Modul Partisipatif: Budidaya
Bambu Guna Meningkatkan Produktivitas Lahan. Yayasan PROSEA. Bogor.
Widjaja, E.A, Artiningsih, T., Irawati,
Noerdjito, W.A., Widjaja, Elizabeth A. 2001.Identikit
jenis-jenis bambu di Jawa. Balai Penelitian Botani, Bogor. 101 halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar